REFORMASI PERBANKAN DI INDONESIA/ปฎิรูปธนาคารที่ประเทศอินโดนีเซีย

Mahamadaree Waeno dan Phaosan Jehwae

Perbankan di Indonesia belakangan ini sangat memprihatinkan mengingat semakin maraknya dikalangan masyarakat yang menginginkan kehidupan mereka lebih baik. Oleh karena itu, harus mereformasi sistem perbankan itu dengan mengubah sistem kehidupan masyarakat dan negara baik di bidang politik, social, budaya, pertahana dan keamanan nasional maupun ekonomi yang kurang baik demi negara Indonesia tercinta.

Perbankan di Indonesia semakin melemah di sebabkan banyaknya bank-bank yang di likuidasi sehingga menimbulkan perasaan ragu-ragu di kalangan masyarakat bahwa apakah aman kalau mendeposito uangnya ke bank, masyarakat sangat meragukan sekali terhadap uang yang akan di depositikan tersebut di sebabkan ulah oknum perbankan itu sendiri. Karena itu, perbankan harus mereformasikan terutama sistem control dan meningkatkan sumber daya manusianya. Kita telah mengetahui apa yang telah terjadi terhadap  perbankan nasional karena kurangnya sistem kontrol dan kesadaran terhadap tanggung jawab bukan hanya masyarakat namun menyangkut citra publik/negara, nanti apa anggapan Lembaga Keuangan Internasional terhadap perbankan Indonesia karena selama ini di Indonesia kebanyakan bank memperbesarkan bangunannya di banding menjadi bank terbaik sehingga menimbulkan pelbagai masalah sampai sekarangpun belum terselesaikan dengan baik. Indonesia saatnya untuk memperbaiki citra perbankan, kekhawatiran masyarakat akan terjadinya kasus serupa dan sebagainya. Belakangan ini yang paling populer di masyarakat adalah kasus pembobolan bank BNI dan BRI.

Reformasi ada nilai positif dan negatifnya, positif adalah masyarakat merasa aman, terpercaya, pelayanannya lebih meningkat dan sebagainya sehingga menimbulkan anggapan masyarakat Indonesia dan Internasioanl terhadap perbankan di Indonesia itu baik. Apabila sistem keuangannya baik, maka semua aktivitas bisnis akan lancar/normal kembali secara otomatis sehinggan pendapatan negara akan mengalami peningkatan yang cukup siknifikan, sedangkan di sisi negatifnya cukup memprihatinkan terutama masyarakat kecil atau menengah ke bawah dengan mengurangi subsidi dari pemerintah, antara lain, beras, bensin, gula pasir, minyak goring terigu, telphon maupun listrik sehingga masyarakat dangat menderita dengan semakin tingginya biaya hidup, sedangkan penghasilan mereka tidak mengalami kenaikan yang berarti.

Perbankan di Indonesia harus memperbaiki sistem control yang lebih baik, laporan-laporan keuangan harus lebih akurat sehingga lebih mudah untuk mengontrolnya . Apabila trjadi sesuatu dapat di atasi sedini mungkin sehinggan pihak perbankan tidak mengalami kerugian seperti sekarang ini, sumber daya manusia juga harus di tingkatkan dengan cara meningkatkan kesadaran para karyawannya baik individu amupun kelompok, sehingga kreditbilitas perbankan akan meningkat baik secara nasional maupun Internasional. Di samping itu, juga manajemen perbankan harus menyadari bahwa terpuruknya sistem keuangan perbankan nasional disebabkan pihak bankhanya meluncurkan kreditnya ke perusahaan besar tidak melihat  perusahaan menengah ke bawah, sedangkan perusahaan menengah ke bawah ini sangat berpotensi sekali untuk menyelamatkan keuangan nasional seperti Bank NISP (NV Nederlandsch Indische Spaaren Deposito Bank), dia hanya meluncurkan kredit ke sektor Usaha Kredit Menengah (UKM). Padahal , nilai asetnya pada tahun 1996 hanya Rp.1 Trilyun, dibandingkan dengan catatan tahun 2003 yang total asetnya mencapai Rp.13,5 Trilyun, ini mecerminkan bahwa UKM sangat potensial, maka bank jangan hanya memperlihatkan kemegahan kepada masyarakat saja namun bagaimana caranya menjadi bank yang terbaik di bumi pertiwi ini.